Mari kita simak bersama kisah seorang ulama bahasa Arab bernama Imam Abu al-Abbas al-Mubarrid -rahimahullah-.
Cerita berawal saat seorang penuntut ilmu yang bernama Abu Ishaq az-Zajjaj -rahimahullah- datang kepada beliau dengan niatan untuk mempelajari kitab fenomenal karya Imam Sibawaih -rahimahullah-.
Melihat murid di hadapannya, Imam al-Mubarrid -rahimahullah- bertanya,
“Apa pekerjaanmu?”.
“Zajjaj (tukang kaca)”, jawabnya.
“Berapa rata-rata penghasilanmu dalam sehari?”, tanyanya lagi.
“Sekitar 10 dirham”, jawabnya.
Mendengar jawaban tersebut, Imam Al-Mubarrid -rahimahullah- lantas memberikan sebuah syarat selama ia belajar.
“Bawalah setengah dari pendapatanmu setiap hari dan masukkan ke dalam kotak ini”, ucap beliau sambil menyodorkan sebuah kotak infak.
Tanpa pikir panjang, Imam az-Zajjaj -rahimahullah- yang dikenal memiliki semangat empat lima dalam belajar pun menyanggupi syarat tersebut meskipun ia harus rela kehilangan setengah pendapatannya.
Singkat cerita, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, hingga akhirnya ia berhasil mengkhatamkan kitab tersebut.
Tanpa disadari, di akhir pertemuan Imam al-Mubarrid -rahimahullah- menyerahkan kunci kotak infak tersebut kepadanya sembari berujar,
“Bukalah kotak tersebut dan ambil uang yang telah kau simpan di dalamnya”.
Ya! Kotak tersebut telah penuh dengan uang yang setiap hari ia masukkan saat hendak belajar.
Kala menceritakan kisah menarik ini, Imam az-Zajjaj -rahimahullah- berujar,
“Semoga Allah ta‘ala merahmati Abu al-Abbas al-Mubarrid, sungguh ia telah berbuat baik kepadaku, membuatku kaya sekaligus memberiku ilmu”.
Dari kisah di atas, bisa kita sadari bahwa Imam al-Mubarrid -rahimahullah- sejatinya sedang menguji kesungguhan murid di hadapannya dalam belajar; Apakah ia rela mengeluarkan uang yang jumlahnya tentu tidak sedikit baginya.
Uang yang diserahkan tiap harinya tak mengubahnya seperti tabungan yang disimpan oleh Imam al-Mubarrid -rahimahullah- hingga akhirnya diserahkan kembali kepada sang murid di akhir pembelajaran.
Semoga Allah subhanahu wa ta‘ala mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat, Aamiin.
Referensi: Mu’jam al-Udaba’ karya Yaqut al-Hamawi -rahimahullah-
– Ustadz Afit Iqwanudin, Lc. – (Bimbinganislam)