dz-Dzahabi rahimahullah mengatakan bahwa dosa besar yang paling besar adalah kesyirikan kepada Allah Ta’ala dan hal itu meliputi dua macam: syirik besar dan syirik kecil. Dosa syirik besar itu berupa menjadikan selain Allah sebagai sesembahan tandingan, entah itu pohon, matahari, bulan, nabi, syekh, bintang, malaikat, dan lain sebagainya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَ ٰلِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan dosa syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka.” (QS. Al-Ma’idah: 72)
Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, kemudian meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik, maka dia pasti termasuk penghuni neraka. Sebagaimana halnya barangsiapa yang beriman kepada Allah kemudian meninggal dalam keadaan beriman, maka dia termasuk penghuni neraka meskipun dia harus disiksa terlebih dulu di dalam neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أنَّ اللهَ تعالى قال إني أغنى الشركاءِ عن الشركِ فمن عمل عملًا أشرك فيه غيري فأنا منه بريءٌ وهو للذي عمِلَه
“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku di dalamnya, maka Aku berlepas diri darinya dan dia akan diserahkan kepada sosok yang dijadikannya sebagai sekutu.‘” (HR. Ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar)
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَدِمۡنَاۤ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنۡ عَمَلࣲ فَجَعَلۡنَـٰهُ هَبَاۤءࣰ مَّنثُورًا
“Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka lakukan di dunia kemudian Kami jadikan amal-amal itu (seperti) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
Sebagian orang yang bijak mengatakan, “Orang yang ikhlas adalah yang berusaha menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana dia berusaha untuk menyembunyikan kejelekan-kejelekannya.”