Mutiara Nasehat Para Ulama Salaf
Allah berfirman,
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِی ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَیۡدِی ٱلنَّاسِ لِیُذِیقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِی عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمۡ یَرۡجِعُونَ.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Surat Ar-Rum 41]
Berkata Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili رحمه الله,
Ketahuilah wahai manusia bahwasanya menyebarnya keburukan dari segala keburukan serta diangkatnya keberkahan dan berkurangnya keturunan, peperangan dan selainnya; Semuanya karena sebab apa yang telah kalian lakukan dari dosa dan maksiat, serta meninggalkan perintah Allah dan mengerjakan larangan-larangan-Nya; Semua itu adalah sebagai hukuman bagi kalian atas amalan-amalan kalian yang buruk. Kemudian Allah menyebutkan hikmah akan hal itu yaitu ke Maha Lembutan Allah bagi hamba-Nya dan kasih sayang-Nya bagi mereka agar mereka bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, dan agar muamalah mereka mengikuti tuntunan syariat.
(Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili-tafsirweb.com)
Allah menyebutkan kisah Adam عليه السلام yang berbuat dosa dan dampaknya juga bagaimana Allah menerima taubatnya dalam firman-nya yang artinya:
“Dan Adam pun mendurhakai Rabb-nya, maka ia sesat. Kemudian Rabb-nya (Adam) memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberi Adam petunjuk. Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, ia tidak akan seat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia:”Ya, Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang bisa melihat”. Allah berfirman:”Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan”. Dan demikanlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabb-nya. Dan sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. [Thaha :121-127].
Nabi صلى الله عليه وسلم memperingatkan dari dampak negatifnya dosa dalam sabdanya,
نزلَ الحجرُ الأسوَدُ منَ الجنَّةِ وَهوَ أشدُّ بياضًا منَ اللَّبنِ فسَوَّدَتهُ خطايا بَني آدمَ.
“Hajar Aswad turun dari surga, dan dia dalam kondisi lebih putih daripada susu. Maka dosa-dosa Bani Adam telah menjadikannya hitam.” (HR At-Tirmidzi, 877; An-Nasa’i, 2395; Ahmad, 2796 dishahihkan Al-Albani).
Al-Muhibb at-Thabari رحمه الله berkata,
“Hajar Aswad tetap dalam kondisi hitam merupakan pelajaran bagi orang yang masih bisa melihat kebenaran, karena jika dosa-dosa bisa memengaruhi batu yang bersih maka pengaruh dosa kepada hati tentu lebih kuat”.
Para Salaf, juga merasakan dari dampak dosa yang dilakukan pada lingkungan sekitarnya sebagaimana yang dialami Imam Fudhoil bin ‘Iyadh رحمه الله.
قال الفضيل بن عياض رحمه الله:
أصلح ما أكون، وإني لأعصي الله فأعرف ذلك في خلق حماري وخادمي.
صفة الصفوة، لابن الجوزي: ص. ٤٢٨.
(al-maktaba.org)
Berkata Imam Al-Fudhoil bin ‘Iyadh رحمه الله:
Aku selalu berusaha memperbaiki apa yang akan aku lakukan. Karena sungguh aku pernah berbuat maksiyat kepada Allah maka aku mengetahuinya yang demikian itu dari perubahan perilaku keledaiku maupun pembantuku.
Shifat Ash-Shofwah, Imam Ibnul Jauzi: h. 428
(al-maktaba.org)
وكما قال بعضهم: في خلق امرأتي ودابتي، فالإنسان إذا وجد السيارة تتعطل عليه أو وجد الخادم أو الزوجة يتمردان عليه فليراجع نفسه، فلعله مقصر في حق الله عز وجل
Sebagaimana berkata sebagian mereka para Salaf: bahwa berubah perilaku istri dan kendaraan tunggangan juga (karena dosa). Bahwa seseorang tatkala mendapati kendaraannya sering mengalami kerusakan atau mendapati pembantu atau istrinya yang sering menentangnya, hendaknya dia segera kembali kepada dirinya, bisa jadi ada yang belum tertunaikannya hak Allah ‘Azza wa Jalla.