Manusia yang paling tersesat…
Awal mula penyebab kesesatan itu adalah mengikuti nafsu, sehingga manusia menolak seruan dakwah Tauhid yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul utusan Allah.
Mereka tidak menyambut seruan dakwah para para Nabi dan Rasul yang menyampaikan Wahyu dari Allah, padahal tidak ada hujjah apa pun yang tersisa bagi mereka untuk membantahnya. Sesunggguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka belaka.
Dan tidak ada orang yang lebih besar kesesatannya daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak memberikan taufik untuk berada di atas kebenaran kepada kaum yang berbuat zhalim yang melanggar perintah Allah dan telah melampaui batas-batas ketetapan-Nya.
Allah berfirman,
فَإِن لَّمۡ یَسۡتَجِیبُوا۟ لَكَ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا یَتَّبِعُونَ أَهۡوَاۤءَهُمۡۚ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَیۡرِ هُدࣰى مِّنَ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِینَ.
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” [Al-Qashas: 50]
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di رحمه الله,
Bahwa mereka tidak mengikutimu bukan karena mencari yang hak dan hidayah, tetapi sekedar menuruti hawa nafsu.
Sehingga mereka golongan yang paling sesat, maksudnya, tidak ada yang lebih sesat lagi dari mereka.
Orang yang seperti ini termasuk orang yang paling sesat, ketika disodorkan petunjuk dan jalan yang lurus yang menyampaikan kepada Allah dan surga-Nya, tetapi ia tidak mempedulikannya dan tidak mendatanginya, bahkan hawa nafsunya mengajak dirinya untuk menempuh jalan yang mengarah kepada kebinasaan dan kesengsaraan, dirinya pun mengikuti dan meninggalkan petunjuk.
Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang seperti ini sifatnya? Kezaliman, sikap melampaui batas dan tidak menyukai kebaikan membuatnya ingin tetap di atas kesesatannya dan Allah tidak menunjuki orang yang seperti ini.
Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan, bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang zalim, yaitu mereka yang sudah melekat dengan kezaliman dan sikap membangkang, ketika kebenaran datang, ia malah menolaknya dan ketika disodorkan hawa nafsu, ia malah mengikutinya.
Mereka telah menutup untuk diri mereka pintu-pintu hidayah dan jalannya serta membuka pintu-pintu kesesatan dan jalannya. Oleh karena itu, mereka bingung dalam kesesatannya dan terombang-ambing dalam kesengsaraannya.
(Taisir Karim Ar-Rahman Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di)
Berkata Imam Ibnu Katsir رحمه الله,
Firman Allah :
{فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ}
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu). (Al-Qashash: 50)
Yakni jika mereka tidak menjawab apa yang kamu katakan kepada mereka dan mereka tetap tidak mau mengikuti perkara yang hak.
{فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ}
ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). (Al-Qashash: 50)
tanpa dalil dan tanpa alasan.
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah. (Al-Qashash: 50)
tanpa alasan yang diambil dari Kitabullah.
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 50)
(Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, Imam Ibnu Katsir)
Nabi صلى الله عليه وسلم telah memperingatkan akan bahayanya mengikuti hawa nafsu sebagai sesuatu yang membinasakan, beliau bersabda :
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ وَ ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ فَأَمَّا ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَ هَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ و ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ : خَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ والعلانيةِ وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى وَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا.
“Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan. Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri.
Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allâh di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan berbuat adil di waktu marah dan ridha.” [HR Al-Bazzar, Ath-Thabrani dihasankan Al-Albanyl-Albani di dalam Silsilah As-Shahihah, 1802)
Mengikuti hawa nafsu akan menyeret pelaku kepada kesesatan dan kerusakan. Sebab timbulnya bid’ah dan penyimpangan dalam Islam awalnya adalah hawa nafsu, seperti yang dilakukan oleh para pengikut Syiah, Khawarij dan golongan sesat lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله mengatakan,
“Permulaan bid’ah adalah mencela Sunnah dengan dasar persangkaan dan hawa nafsu (sebagaimana bibit kemunculan golongan Khawarij), sebagaimana Iblis mencela perintah Allâh saat diperintahkan sujud kepada Adam عليه السلام dengan fikirannya dan hawa nafsunya”. [Majmu’ al-Fatawa, 3/350]
Wallahu a’lam.
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc