Oleh : Dokter Hassan Syamsi Basya
Dr. Hassan Syamsi Basya (68 tahun) adalah seorang dokter spesialis jantung di sebuah rumah sakit di Jeddah, Arab Saudi. Di sore hari saat hendak pulang dari rumah sakit, beliau kedatangan tamu di kantornya.
Beliau berbagi pengalaman pribadinya untuk menjadi pelajaran bagi kita semua.
Aku melihatnya dengan tersenyum sambil berkata, “Ada perlu apa wahai saudaraku?”
Ia berkata, “Sepertinya anda lupa denganku wahai Dokter Hassan?”
Aku berkata, “Maaf, saya tidak ingat. Seorang dokter dalam setiap harinya bertemu dengan puluhan orang… Tidak mungkin untuk menghafal satu persatu orang yang pernah kutemui setelah sekian lama berpisah!”
Kemudian ia mengagetkanku dengan ucapannya, “Sejak dua puluh empat tahun yang lalu, setiap hari saya mendoakan kebaikan untukmu!..”
Aku berkata, “Jazakallahu khairan wahai saudaraku… Tapi mengapa anda mendoakanku setiap hari!?…”
Dia berkata, “Saya tidak bisa melupakan peristiwa yang terjadi dua puluh empat tahun silam! Saat itu anda sebagai direktur kamar ICU, dan saya sebagai mahasiswa kedokteran tingkat akhir mendapatkan tugas praktek di ruang ICU selama dua pekan.
Di hari berikutnya setelah selesai dari tugas praktek di rumah sakit, saya dan teman-teman berolah raga menyelam di laut merah. Saat menyelam terjadilah musibah, ibu jari tangan kanan saya digigit hewan laut. Luar biasa rasa sakitnya dan hampir saya jatuh pingsan di dalam laut. Kemudian teman-teman membawaku ke rumah sakit ini.
Saya dirawat di ruang ICU beberapa waktu lamanya. Ibu jariku membengkak, tiga dokter bedah yang menangani pasien memutuskan untuk memotong ibu jari yang luka untuk menyelamatkan tangan bahkan hidupku.
Anda adalah satu-satunya dokter yang menentang keputusan tersebut. Anda meminta kesempatan agar saya diberi lagi obat antibiotik dan dilihat dulu perkembangan sakitku ini. Alhamdulillah, akhirnya ibu jariku membaik sampai sembuh total dan tidak jadi dipotong.
Setelah itu saya melanjutkan studi ke Perancis dan mengambil spesialis mata. Alhamdulillah sampai saat ini saya sudah mengoperasi ribuan pasien.
Setiap kali saya masuk ke ruang operasi dan melihat ibu jari ini, saya bersyukur memuji Allah kemudian mendoakanmu…
Bagaimana mungkin seseorang bisa memegang dan menggunakan alat-alat bedah tanpa ibu jari??
Bahkan bagaimana mungkin saya bisa diterima kuliah spesialis kedokteran mata jika tangan saya cacat??
Kalau bukan karena karunia Allah kepadaku kemudian pertolonganmu yang menentang keputusan tim dokter untuk memotong ibu jariku, tentu saya tidak akan menjadi dokter spesialis mata seperti sekarang ini.”
“Ketika itu kedua mataku berlinang dan meneteskan air mata… Aku berkata dalam hati,
“Beruntunglah seseorang yang berbuat kebaikan kemudian ia melupakannya… Sesungguhnya ia memiliki Rabb yang tidak akan melupakannya.”
(Dikutip dengan ringkas dari ‘Indama Yusyriqu Ash Shabah (dari halaman 18 – 21)