Untukmu, Wahai Diriku
Kebanyakan manusia saat ini tidaklah begitu mengenal jati dirinya yang sebenarnya, padahal para ulama mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah langkah pertama dalam mengenal Allah sebagai Tuhan seluruh alam.
Allah berfirman,
هُوَ أَعۡلَمُ بِكُمۡ إِذۡ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَإِذۡ أَنتُمۡ أَجِنَّةࣱ فِی بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمۡۖ فَلَا تُزَكُّوۤا۟ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰۤ.
“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu masih berupa janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa”. [An-Najm : 32]
Yahya bin Muadz Ar-Razi رحمه الله berkata,
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ
“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya“. (Al-Hawi lil Fatawa, Imam As-Suyuthi)
Allah memberitahukan bahwa manusia itu sebenarnya dapat mengenali dirinya sendiri.
بَلِ ٱلۡإِنسَـٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِیرَةࣱ وَلَوۡ أَلۡقَىٰ مَعَاذِیرَهُۥ.
“Bahkan manusia itu mengetahui akan diri (jiwa)nya sendiri, meskipun ia memberikan alasan-alasan.” [Al-Qiyamah : 14 – 15]
Muhasabah atau introspeksi diri menjadi keharusan bagi seorang mukmin untuk menakar seberapa jauh ia melangkah dalam kebaikan dan seberapa baik ia telah melalui hari-harinya.
Seberapa pedulikah dia dalam kebaikan? Bahkan untuk diri sendiri, sekali pun. Lalu, seberapa jauhk ah dia melalaikan waktu dan menghabiskannya dalam kesia-siaan, atau bahkan dalam dosa dan kemaksiatan.
Imam Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله memberikan ibroh yang yang mengesankan dalam muhasabah untuk diri sendiri. Beliau berkata,
يا مسكين ! أنت مسئ و ترى أنك محسن، و أنت جاهل و ترى أنك عالم، و تبخل و ترى أنك كريم، و أحمق و ترى أنك عاقل، أجلك قصير و أملك طويل …
“Duhai kasihan diriku yang miskin! Engkau telah berbuat jelek, tetapi justru merasa telah berbuat baik. Engkau bodoh, namun malah merasa berilmu. Engkau pelit, tapi merasa dermawan. Engkau dungu, tapi merasa berakal. Ajalmu sangat dekat, tetapi angan-anganmu sangat jauh. …”
(Siyar A’lam Nubala’, 6/405, Imam adz-Dzahabi)
Wu a’lam
Ustadz Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
——————-
Share, Like, Comment sebagai Ladang Pahala Kebaikan.allah